1.
Metode
ilmiah
Metode ilmiah atau proses
ilmiah merupakan proses keilmuan untuk memperoleh pengetahuan secara sistematis berdasarkan bukti
fisis. Ilmuwan melakukan pengamatan serta membentukhipotesis dalam usahanya untuk menjelaskan
fenomena alam. Prediksi yang dibuat berdasarkan hipotesis
tersebut diuji dengan melakukan eksperimen. Jika suatu hipotesis lolos uji berkali-kali, hipotesis
tersebut dapat menjadi suatu teori ilmiah.
Unsur metode ilmiah
Unsur utama metode ilmiah adalah pengulangan empat langkah berikut:
DNA/contoh
1.
DNA/karakterisasi
Sejarah
penemuan struktur DNA merupakan
contoh klasik dari empat
tahap metode ilmiah: pada tahun 1950 telah
diketahui bahwa pewarisan genetik memiliki
deskripsi matematis, diawali oleh penelitian Gregor Mendel,
namun mekanisme gen tersebut belumlah diketahui dengan jelas.
Para
peneliti di laboratorium William Lawrence Bragg di Universitas Cambridge membuat
gambar-gambardifraksi sinar-X atas
berbagai macam molekul.
Berdasarkan susunan kimianya, dirasakan mungkin untuk mengkarakterisasikan
struktur fisis DNA dengan gambar sinar-X. Lihat:
DNA 2
Metode
ilmiah bergantung pada karakterisasi yang cermat atas subjek investigasi. Dalam
proses karakterisasi, ilmuwan mengidentifikasi sifat-sifat utama yang relevan
yang dimiliki oleh subjek yang diteliti. Selain itu, proses ini juga dapat
melibatkan proses penentuan (definisi) dan pengamatan; pengamatan yang
dimaksud seringkali memerlukan pengukuran dan/atau
perhitungan yang cermat. Proses pengukuran dapat dilakukan dalam suatu tempat
yang terkontrol, seperti laboratorium,
atau dilakukan terhadap objek yang tidak dapat diakses atau dimanipulasi
seperti bintang atau populasi
manusia.
Proses
pengukuran sering memerlukan peralatan ilmiah khusus seperti termometer, spektroskop,
atau voltmeter,
dan kemajuan suatu bidang
ilmu biasanya
berkaitan erat dengan penemuan peralatan semacam itu. Hasil pengukuran secara
ilmiah biasanya ditabulasikan dalam tabel,
digambarkan dalam bentuk grafik,
atau dipetakan,
dan diproses dengan perhitungan statistika sepertikorelasi dan regresi.
Pengukuran dalam karya ilmiah biasanya juga disertai dengan estimasi ketidakpastian hasil
pengukuran tersebut. Ketidakpastian tersebut sering diestimasikan dengan
melakukan pengukuran berulang atas kuantitas yang diukur
2. DNA/hipotesis
Sebagai
contoh, dalam usaha untuk menentukan struktur DNA, Francis
Crick dan James
Watson menghipotesiskan
bahwa molekul tersebut memiliki struktur heliks: dua spiral yang saling
memilin. Linus
Pauling yang
baru akan melakukan studi serius terhadap molekul tersebut menghipotesiskan
struktur heliks ganda tiga. Lihat:
DNA 1|...DNA
3
Hipotesis
yang berguna akan memungkinkan prediksi berdasarkan deduksi.
Prediksi tersebut mungkin meramalkan hasil suatu eksperimen dalam
laboratorium atau pengamatan suatu fenomena di alam. Prediksi tersebut dapat
pula bersifat statistik dan
hanya berupa probabilitas.
Hasil yang diramalkan oleh prediksi tersebut haruslah belum diketahui
kebenarannya (apakah benar-benar akan terjadi atau tidak). Hanya dengan
demikianlah maka terjadinya hasil tersebut menambah probabilitas bahwa
hipotesis yang dibuat sebelumnya adalah benar. Jika hasil yang diramalkan sudah
diketahui, hal itu disebut konsekuensi dan seharusnya sudah diperhitungkan saat membuat
hipotesis. Jika prediksi tersebut tidak
dapat diamati, hipotesis yang mendasari prediksi tersebut belumlah berguna bagi
metode bersangkutan dan harus menunggu metode yang mungkin akan datang. Sebagai
contoh, teknologi atau teori baru
boleh jadi memungkinkan eksperimen untuk dapat dilakukan.
3. DNA/prediksi
Setelah
Watson dan Crick menghipotesiskan bahwa DNA merupakan heliks ganda, Francis
Crick memprediksikan bahwa gambar difraksi sinar-X DNA
akan menunjukkan suatu bentuk huruf X.Lihat:
DNA 1 | ...DNA
4.
Setelah
prediksi dibuat, hasilnya dapat diuji dengan eksperimen. Jika hasil eksperimen
bertentangan dengan prediksi, maka hipotesis yang sedak diuji tidaklah benar
atau tidak lengkap dan membutuhkan perbaikan atau bahkan perlu ditinggalkan.
Jika hasil eksperimen sesuai dengan prediksi, maka hipotesis tersebut boleh
jadi benar namun masih mungkin salah dan perlu diuji
lebih lanjut. Hasil eksperimen
tidak pernah dapat membenarkan suatu hipotesis, melainkan meningkatkan
probabilitas kebenaran hipotesis tersebut.
Hasil
eksperimen secara mutlak bisa menyalahkan suatu hipotesis bila hasil eksperimen
tersebut bertentangan dengan prediksi dari hipotesis. Bergantung pada prediksi
yang dibuat, berupa-rupa eksperimen dapat dilakukan. Eksperimen tersebut dapat
berupa eksperimen klasik di dalam laboratorium atau ekskavasi arkeologis.
Eksperimen bahkan dapat berupa mengemudikan pesawat dari New
York ke Paris dalam
rangka menguji hipotesisaerodinamisme yang
digunakan untuk membuat pesawat tersebut. Pencatatan yang detail sangatlah
penting dalam eksperimen, untuk membantu dalam pelaporan hasil eksperimen dan
memberikan bukti efektivitas dan keutuhan prosedur yang dilakukan. Pencatatan
juga akan membantu dalam reproduksi eksperimen.
4. DNA/eksperimen
Ketika
James Watson meneliti apa yang telah ditemukan Rosalind
Franklin pada
gambar difraksi sinar-X DNA buatannya, Watson melihat bentuk huruf X yang telah
diprediksikan Crick sebagai struktur heliks.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar